Minggu, 24 Februari 2013

Petani Kolaka Garap Laut



Oleh Melky Koli Baran

            Kolaka, akronim dari Kolidatang dan Laka. Dua kampung tidak jauh dari kota Larantuka kabupaten Flores Timur. Tepatnya di kecamatan Tanjung Bunga. Persis menghadap laut Flores mengarah ke Tanjung Bunga, sebuah tanjung di ujung paling timur pulau Flores. Tanjung yang mematri nama pulau ini “Flores”. Ketika itu kapal Portugis melintasi tanjung paling timur pulau Flores dan terkagung-kagum menyaksikan bunga-bunga liar nan indah yang bergelantungan di tebing tanjung itu dan berkata “coba da flores”. Lalu menamai pulau ini Flores. Dari sini dapatlah dikatakan bahwa nama pulau ini berasalmuasal dari tanjung di Timur pulau ini. Masyarakat Flores Timur juga menamai wilayah di timur itu Tanjung Bunga.
            Memerlukan waktu kurang lebih 90 menit dari Larantuka Untuk mencapai desa ini dengan kecepatan sepeda motor 60 km per jam. Jalan yang menghubungkan kota Larantuka dengan desa ini dan sekitarnya rusak di sana sini. Selepas Bandara Gewayan Tana Larantuka, akan bertemu dengan jalan aspal lapem yang sudah uzur dimakan usia. Di sani sini tersebar lubang-lubang  tak teratur sehingga sangat memperlabat kecepatan kendaraan.

Banjir Bertutur Di Welo



Oleh Melky Koli Baran

Dataran Welo
            Welo, sebuah kampung di lintasan jalan utama Larantuka menuju Waiklibang, ibu kota Kecamatan Tanjung Bunga di kabupaten Flores Timur. Butuh waktu kurang lebih setengah jam dari Larantuka untuk mencapai kampung ini. Selasa, 24 Juli 2012, sebuah tim dari Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) di Flores Timur melakukan assesment singkat di desa ini terkait bencana banjir Maret silam. Jika ceritera bencana banjir di Flores Timur itu identik dengan banjir bandang di kota Larantuka, maka kini tambah satu lagi. Dataran Welo pun bertutur tentang bencana serupa.

Sampah: Etika dan Estetika

Oleh Melky Koli Baran


Tulisan pendek ini menawarkan tema yang tidak asing. Tema yang akrab dengan kehidupan manusia. Bahkan boleh dibilang menjadi bagian dari kehidupan manusia.  Sampah dalam kehidupan kita, menyangkut etika dan estetika.

Sebetulnya sampah tidak saja berkaitan dengan kehidupan manusia, tetapi juga dengan keseluruhan isi jagat. Namun ketika disandingkan dengan etika dan estetika maka dia masuk secara khusus ke dalam wilayah kehidupan manusia. Sebab yang memiliki etika dan rasa estetika, yang disebut beretika dan tahu etika hanyalah manusia. Binatang misalnya, tidak kenal apa itu etika, apalagi estetika. Di mana saja dia mau buang kotoran, dia tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Beda dengan manusia. Kehidupan manusia selalu dituntun berbagai aturan, berbagai norma, berbagai tata nilai dan kesopanan serta rasa sebagai manusia. Karena itu manusia menjadi pribadi yang bernormal, beradat, bertata nilai. Dia beretika. Lalu apa hubungan antara etika dan estetika yang melekat dalam diri manusia itu dengan sampah?