Kamis, 19 April 2012

YPPS AKHIRI PROGRAM BR DENGAN SUKSES

Tanggal 9 Desember 2009. Kala itu, bertempat di aula kantor camat Ile Bura, kabupaten Flores Timur, program Building Resilience (BR) diluncurkan untuk kabupaten Flores Timur dan Sikka. Program kerjasama kolaboratif Oxfam dan kemitraan Indonesia Australia (AusAid) dengan Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) Flores Timur itu diluncurkan Bupati Flores Timur saat itu Drs. Simon Hayon. Durasi waktu program membangun kedayatahanan masyarakat dan pemerintah (Building Resilience) di wilayah Timur Indonesia itu berdurasi waktu tiga tahun sampai tahun 2012.

Sabtu, 03 Maret 2012

Nostalgia Pangan Lokal

OLeh Melky Koli Baran

Albert Sani Sogen, aktivis Yayasan Ayu Tani, Flores Timur berceritera tentang sebuah percakapan dengan anaknya yang masih kecil, sedang duduk di bangku Sekolah Dasar. Setiap hari ke sekolah anaknya meminta uang jajan 2000 rupiah. Suatu malam, Albert bertanya kepada anaknya. Uang 2000 rupiah tiap hari itu digunakan untuk apa? Anak menjawab, untuk beli makanan atau jajanan di sekolah, seperti kerupuk.

Senin, 27 Februari 2012

Di Pelabuhan Larantuka

Oleh Melky Koli Baran

Langit cerah. Tak semendung malam-malam sebelumnya di awal 2012. Gonsalu, selat kecil antara Larantuka dan Adonara Barat bagai hamparan permadani biru kelam. Sesekali melesat percikan kemilau pantulan cahaya rembulan dari permukaan laut. Di ujung belokan pantai Wureh, bergerak lampu terang benderang. Perlahan hanyut diayun arus gonsalu. Bagai sebuah hotel terapung. Kapal Tidar milik Pelni. Kapal yang kesekian menyambangi para penumpang yang selalu berjubel di pelabuhan Larantuka. Siap bepergian ke tanah seberang.
Pelabuhan Larantuka di Flores Timur menjadi salah satu pintu masuk pulau Flores. Pelabuhan ini sudah sangat lama ada, dan terus berkembang dari waktu ke waktu. Melalui plabuhan inilah, mobilitas manusia setiap hari belangsung. Selain kapal Pelni yang datang dan pergi setiap dua minggu, setiap hari kapal-kapal antar pulau di Flores Timur masuk dan keluar. Mulai dari kapal ukuran kecil untuk menyeberangkan penumpang dan kendaraan roda dua ke pulau adonara dengan jarak tempuh 7-10 menit hingga kapal-kapal penumpang dan barang ukuran besar untuk antar pulau dalam kabupaten, proponsi bahkan antar propinsi. Malah sudah beroperasi setiap hari dua unit kapal cepat yang melayani penumpang Larantuka-Lewoleba dan sebaliknya.
Untuk urusan kenyamana bepergian ke luar NTT melalui pelabuhan laut Larantuka, sejak tahun 1990 beroperasi silih berganti sejumlah kapal Pelni. Mulai kapal Sirimau, Tatamailau, Kelimutu, Awu, Bukit Siguntang, bahkan saat ini telah beroperasi kapal Tidar. Kapal-kapal ini menyeberangkan para penumpang dari Larantuka menuju Kupang, Makasar, Batu Licin, Semarang, Jakarta, bahkan ke wilayah perbatasan RI seperti Batam di Sumatera dan Nunukan di Kalimantan.

Rabu, 15 Februari 2012

TERGUSURNYA KEANEKARAGAMAN PANGAN LOKAL

Melky Koli Baran

Bulan Oktober tahun 2011 silam. Sebuah hajatan tentang Pangan digelar sejumlah elemen masyarakat sipil. Malah berhasil menggandeng Pemda setempat. Motornya adalah Yayasan Pengkajian dan pengembangan Sosial (YPPS) yang mendapat dukungan dari Yayasan Tifa di Jakarta. Di tingkat lokal, YPPS juga brhasil menggandeng Delegatus Socialis/Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (Delsos/PSE) Keuskupan Larantuka.