Selasa, 20 Oktober 2009

GUNUNG API LEWOTOBI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

Gunung Api Lewotobi di Kabupaten Flores Timur merupakan salah satu gunung api aktif di Flores. Beda dengan gunung api lainnya, gunung ini memiliki dua puncak. Masyarakat Flores Timur bisa membedakan jenis kelamin kedua puncak ini. Puncak kiri yang berbentuk tumpul berjenis kelamin laki-laki dan puncak kanan berpuncak agak tajam berjenis kelamin laki-laki. Karena itu, gunung api ini disebut gunung api Lewotobi laki-laki dan perempuan.

YPPS AKAN SEGERA LUNCURKAN PROGRAM BUILDING RESILIENCE

Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) di Flores Timur akan segera meluncurkan program barunya. Program baru ini untuk mefasilitasi penguatan kapasitas masyarakat, pemerintah daerah dan para pihak untuk pengurangan resiko bencana.

Program kerja sama dengan Oxfam GB ini akan berlangsung selama tiga tahun ke depan, dimulai tahun 2009. Lokasi belajar mengambil tempat di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka. Karena itu, YPPS selaku penanggungjawab program ini telah mempersiapkan tim program di Maumere yang akan ditangani langsung oleh Wahana Tani mandiri kabupaten Sikka.

Sabtu, 22 Agustus 2009

PEMBERDAYAAN BURUH MIGRAN INDONESIA DI DAERAH ASAL

Yayasan TIFA (The Tifa Foundation) yang berkedudukan di Jakarta telah menandatangani kontrak kerja selama setahun dengan ANTARA (Australian-Nusa Tenggara Assistance for Regional Autonomy) - kerja sama pembangunan pemerintah Indonesia dan Australi untuk pemberdayaan Buruh Migran Indonesia di daerah Asal. Program ini salah satu lokasinya di kawasan Nusa Tenggara untuk delapan bulan ke depan mulai Bulan Agustus 2009 di empat kabupaten, yakni Lombok Timur, Sumbawa, Kupang dan Flores Timur.

Selasa, 04 Agustus 2009

PERANG ATAWATUNG DENGAN LAMAU UNTUK PEREBUTAN SUMBER AIR

Perang kedua ini terjadi dipicu perebutan sumber air pada waktu penjajahan Belanda. Pada jaman Belanda sekitar 1930-an Belanda mengerahkan penduduk di sepanjang Ilie Ape untuk membangun sebuah jalan. Para pekerja ini melakukan penggalian tanah di sebelah kanan dan kiri (calon jalan) untuk menimbun tanah agar terbentuk struktur jalan. Pada para pekerja melakukan penggalian tanah di perbatasan Lamau, mereka merasakan keanehan. Tanah yang digali tidak keras, tetapi malah basah. Karena penasaran pekerja ini terus melanjutkan penggalian di lokasi ini.

PERANG SUKU LANGO URAN DENGAN LAMAU SEBAGAI AWAL ALIH KEPEMILIKAN LAHAN DESA LAMAU

Suatu pagi seperti hari-hari sebelumnya mereka pergi mengiris tuak bersama, setelah mengiris tuak timbul niatan Lewodawan untuk menunjukan kesaktiaanya kepada Lewodawan. Lewodawan setelah mengiris tuak berteriak kepada Lewotaka. “Lewotaka, lihat di sini ada seekor rusa!” Terlihatlah seekor rusa yang keluar dari segerombolan semak dibawah pohon tuak dimana Lewodawan mengambilnya.

Dalam hati Lewotaka ini kesempatan untuk menunjukkan kesaktiannya memanah kepada Lewodawan. Tanpa berfikir panjang mengeluarkan panah dan mengarahkan anak panah rusa. Panah meluncur kearah tepat menghujam jantung rusa dan rusa tergelatak mati. Melihat rusa tergeletak sekjap itu pula Lewotaka bergegas lari menghampirinya, namun setelah dekat alangkah terkejutnya Lewotaka setelah sampai dilokasi dimana rusa tadi berada, dengan melihat Lewodawan terbujur kaku tertembus busur panah tepat di jantungnya.

SEJENAK DENGAN DESA LAMAU, ILE APE, LEMBATA

Ceritera Pengamatan 24-26 MEI 2007

DISKRIPSI WILAYAH LAMAU
Desa Lamau merupakan salah satu desa dikecamatan Ile Ape, kabupaten Lembata. Wilayah ini merupakan dataran rendah yang menjorok kelaut. Sebelah barat berbatasan dengan desa Aulesa, sebelah timur berbatasan dengan Lamatokan, sebelah utara berbatasan dengan laut dan sebelah selatan berbatasan dengan gunung Ilie Ape. Desa ini dihuni 80 KK, dengan jumlah penduduk sekitar 200 jiwa. Tata ruang desa ini terbagi dalam 4 zona besar tangkapan air dilereng gunung Ilie, pemukiman, lahan pertanian dan pantai.

Kamis, 30 Juli 2009

MODEL PHBM DIKUNJUNGI PETANI LUAR NTT


Siapa yang menduga jika model Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat yang baru seumur jagung dilaksanakan di Kabupaten Flores Timur itu mendapat perhatian untuk dikunjungi?

Adalah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang sejak 2006 memfasilitasi program Free Prior Informed Concent (FPIC) di tiga komunitas. Komunitas Kuntu di Kabupaten Kampar Propinsi Riau, komunitas Lusan di Kabupaten Paser, Propinsi Kalimantan Timur dan komunitas Lewolema di Kabupaten Flores Timur. Ketiga komunitas ini menjadi lokasiproyek pengembangan negosiasi pengelolaan hutan yang menjunjung tinggi hak-hak masyarakat adat sebagai yang utama.

LEBIH DEKAT DENGAN PHBM DI FLORES TIMUR

Melalui Dinas Kehutanan dan Perekebunan Kabupaten Flores Timur, dialokasikan dukungan melalui APBD untuk memfasilitasi Program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat yang dikenal dengan PHBM. Di lapangan, program ini difasilitasi oleh sebuah forum yang beranggotakan para pihak baik pemerintah kabupaten, LSM, Petani, Masyarakat Adat dan mitra-mitra lainnya. Forum ini difasilitasi pembentukannya oleh Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) bekerja sama dengan Multi Forestry Program (MFP) DFID dan dinas Kehutanan Perkebunan Kabupaten Flores Timur.

Risala Pembentukan Forum Kehutanan Multipihak Kab. Flores Timur, NTT

Peserta semiloka pembentukan
forum kehutanan multipihak
Tanggal 2 Oktober 2006 telah dibuka Semiloka Pembentukan Forum Kehutanan Multipihak di Kabupaten Flores Timur oleh Bapak Bupati Kabupaten Flores Timur, Drs. Simon Hayon dihadiri 45 orang peserta dari utusan masyarakat, LSM dan Instansi Pemerintah. Berdasarkan catatan panitya hingga hari terakhir lokakarya tanggal 3 Oktober, peserta yang hadir sebanyak 32 orang dari unsur Masyarakat Adat, tiga orang Kepala Desa dari Komunitas Baipito, utusan LSM anggota Tim Kerja Kehutanan Multipihak, utusan dinas-dinas terkait dan panitya. Proses Semiloka ini merupakan salah satu mandat Tim Kerja Kehutanan Multipihak Flores Timur yang dibentuk dalam sebuah Lokakarya tahun 2003 yang diselenggarakan Yayasan Pengkajian Pengembangan Sosial dan Forum Solidaritas Swadaya Masyarakat (FSSM) NTT. Dengan Semiloka 2-3 Oktober ini maka berakhirlah mandat Tim Kerja Kehutanan Multipihak.

Siaran Pers: Semiloka Pembentukan Forum Kehutanan Multipihak Kab. Flotim, NTT

Bupati Flores Timur Simon Hayon 
dan para peserta berfoto 
saat peresmian forum
PANITIA BERSAMA
SEMILOKA PEMBENTUKAN FORUM KEHUTANAN MULTIPIHAK
Sekretariat Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) Waibalun

SIARAN PERS
SEMILOKA PEMBENTUKAN FORUM KEHUTANAN MULTIPIHAK
KABUPATEN FLORES TIMUR
DI RIANGKEMIE 1-3 OKTOBER 2006

Tanggal 2 Oktober 2006 telah dibuka Semiloka Pembentukan Forum Kehutanan Multipihak di Kabupaten Flores Timur oleh Bapak Bupati Kabupaten Flores Timur, dihadiri 45 orang peserta dari utusan masyarakat, LSM dan Instansi Pemerintah. Berdasarkan catatan panitya hingga hari terakhir lokakarya tanggal 3 Oktober, peserta yang hadir sebanyak 32 orang dari unsur Masyarakat Adat, tiga orang Kepala Desa dari Komunitas Baipito, utusan LSM anggota Tim Kerja Kehutanan Multipihak, utusan dinas-dinas terkait dan panitya.

TRAFFICKING BUKAN MITOS

Hampir setiap minggu koran lokal di NTT, khususnya Pos Kupang di Kupang dan Flores Pos di Ende menyuguhkan berita-berita kasus ketenagakerjaan, khususnya buruh migrant. Seperti penggagalan pengiriman TKI/W di pelabuhan-pelabuhan (Maumere, Ende, Lewoleba dan Kupang). Juga kisah penipuan dan pemerasan tenaga kerja yang pulang ke kampung halaman.

Bahkan di depan pintu masuk rumah sendiri masih ditipu oleh para sopir dan calo penumpang bus. Bahkan daerah ini pernah heboh dengan kisah penganiayaan Nirmala Bonat asal NTT di Malaysia yang penegakkan hukumnya hingga kini belum jelas. Itu salah satu kasus yang berhasil mencuat. Apakah hanya satu kasus ini? Ataukah masih ada kasus serupa namun lolos dari perhatian?

Minggu, 28 Juni 2009

Rekam Jejak Penyuluhan di Desa

Selama 19-25 Mei 2009 tim program Penca FIRD berkeliling ke tiga kawasan pelaksanaan program di Lio Timur, Wolowaru dan Ndetundora. Tour keliling ini untuk penyuluhan ke desa-desa (ha ha.. kentalnya Orde Baru..). Tema penyuluhan yang diusung juga menarik: “Posyandu Sebagai Ujung Tombak Pengurangan Resiko Kecacatan”.

Namanya penyuluhan, ternyata dari rekam jejak lapangan, lebih berbentuk diskusi partisipatif bersama masyarakat untuk memotret posyandu selama ini dan apa gagasan pengembangan ke depan yang memberi perspektif pengurangan resiko kecacatan.

Kemiskinan dan Kecacatan


Ada aneka sebab terjadinya kecacatan pada seseorang. Dalam banyak kasus, kecacatan sangat dekat dengan situasi kemiskinan. Kondisi kemiskinan yang berpengaruh pada pola hidup keluarga-keluarga sehingga menyebabkan kecacatan dalam keluarga. Misalnya anak lahir cacat atau pertumbuhan tidak normal setelah lahir karena faktor kemiskinan.

Ada dua kategori kecacatan menurut penyebabnya. Pertama, cacat bawaan. Anak cacat sejak dalam kandungan. Kurang gizi pada ibu hamil bisa berakibat anak lahir cacat. Atau karena gangguan penyakit atau metabolism. Orang miskin tentu sulit mengatasi hal ini karena keterbatasan biaya. Maka kebijakan pemereintah mengurangi kecacatan harusnya mulai dan bersinergi dengan mengurangi kemiskinan. Posyandu selalu menyediakan asupan guzi tambahan dan vitamin bagi anak atau ibu hamil setiap bulan. Karena itu pula maka makanan tambahan di posyandu perlu dikontrol agar sungguh memenuhi syarat kesehatan ibu hamil dan janin dalam kandungan maupun anak-anak balita. Jangan ada usaha cari keuntungan.

Mengembangkan Ekonomi Keluarga Penca

Bapak Bernardus Biru dan Novi di Kios
Ini ceritera pengalaman keluarga penyandang cacat dari Watuneso. Bernardus Biru dan Margareta Nuli, suami istri anggota kelompok orang tua penca.

Keluarga Penca diorganisir untuk pengembangan Ekonomi. Keluarga Bernardus adalah salah satunya. Dari kelompok ini Bernardus mendapatkan pinjaman modal usaha.

Keluarga ini punya anak cacat, namanya Novita biru (19 tahun). Cacat mental dan fisik. Ia pernah 3 minggu sekolah di SLB Ende.

Brnardus memiliki lima orang anak. Keluarga ini beranggotakan tujuh orang. Kondisi ekonomi keluarga pas-pas-an. Rumah tinggal beratap ilalang. Dibangun di atas tanah bukan miliknya.

Film: Media Pendidikan Transformasi Sosial

Banyak akal dan cara bisa ditempuh untuk memfasilitasi perubahan sosial. Salah satunya adalah Film sebagai media belajar dan pendidikan interaktif rakyat di desa. FIRD memilih media sebagai sarana pendidikan transformasi social.

Di berbagai tempat media mema-inkan peran penting dalam penyampaian informasi. Media seperti radio, tv, Koran telah digunakan sebagai sarana pendidikan masyarakat. Alat menyampaikan pesan kepada pendengar. Masyarakat tradisional juga sudah biasa menggunakan media sebagai alat penyampaian pesan-pesan moral.

Radio Komunitas Merangkai Mbuli-Jopu

Ini ceritera kreatif para CO di Kecamatan Wolowaru. Dalam program rehabilitasi berbasis masyarakat, kempat desa ini diorganisir dalam satu kawasan. Namanya Mbuli—Jopu yang tersebar di empat desa: Jopu, Wolokoli, Mbuli dan Nakambara. Untuk memudahkan sosialisasi dan advokasi hak-hak penyandang cacat, para CO di keempat desa ini sepakat memilih Radio sebagai salah satu alat atau media komunikasi dan kampanye.

Setelah mendiskusikan rencana ini pada akhir tahun 2008 dalam sebuah pertemuan dengan FIRD, maka mengudaralah di kawasan Mbuli-Jopu Radio Komunitas (Rakom) “Lintas Mbuli - Jopu”.

Mengadvokasi Kecacatan

Untuk semakin memperkokoh sikap kepedulian terhadap dunia kecacatan di Kabupaten Ende, bertempat di aula pertemuan FIRD Jln. Kokos Raya, Ende belum lama ini dilangsungkan stakeholders meeting.

Pertemuan yang lebih bersifat diskusi terfokus yang difasilitasi staf FIRD Vinsen Simau dan Relawan FIRD Rafael Mingu itu hendak mendalami berbagai pengalaman dan melahirkan gagasan pengelolaan dan pengurangan resiko kecacatan di kabupaten Ende.

Posyandu: Antara Harapan dan Kenyataan

Setelah megelilingi tiga kawasan program Rehabilitasi Kecatatan Berbasis Masyarakat (RBM) di Kabupaten Ende, sejumlah catatan menarik sempat terekam. Perjalanan di bulan Mei ke Ndetundora, Wolowaru dan Lio Timur untuk memfasilitasi peningkatan partisipasi masyarakat dan para pihak dalam pengurangan resiko kecacatan.

Kabupaten Ende dengan sarana dan prasarana yang serba minim, masyarakat sangat mengharapkan kehadiran tenaga kesehatan di sana. Bidan Desa (Bides) dan Posyandu paling dekat dengan rakyat.
Tiga kawaasan yang dikunjungi adalah kawasan Ndetundora yang meliputi desa Ndetundora I, Ndetundora II, Ndetundora III dan desa Randotonda; kawasan Wolowaru yang meliputi desa Jopu, Nakambara, Wolokoli, Mbuli Loo; dan kawaan Lio Timur yang meliputi desa Woloaro, Wolosambi dan Kelurahan Watuneso.

PROBLEM GENDER DAN KEADILAN PETANI MENTE DI FLORES TIMUR

Oleh Melky Koli Baran

Mengapa pada sistem multikultur ketahanan pangan petani cukup aman dan peran perempuan cukup mendapat tempat, lalu pada masa sistem monokultur justru sering terjadi ancaman ketahanan pangan dan gizi buruk?

Pengantar
Umumnya strandar-standar ukuran kemiskinan mengacu pada fariabel ekonomi dengan kesalahan terbesar pada aspek nature. Kurang meyentuh struktur dan kultur. Pembangunan juga direkayasa untuk mencegah, mengurangi dan mengatasi kemiskinan. Kemudian ada fakta bahwa lajunya kemiskinan justru berkejaran dengan gencarnya pembangunan. Mengapa? Di sinilah, problem kemiskinan bukan cuma problem ekonomi dengan titik berat kesalahan pada nature. Ada problem struktur dan kultur, yang berpeluang pada terjadinya ketidakadilan Gender. Basis studi kasus yang menginspirasi tulisan ini adalah petani Flores Timur yang telah mengalami pergeseran struktur dan kultur pertanian dari pertanian multikultur (keanekaragaman tanaman) ke tanaman monokultur jambu mete.

Senin, 23 Maret 2009

PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS MASYARAKAT

Kabupaten Ende ada di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Di sini terdapat Danau tiga warnah. Tepatnya di tiga kawah puncak gunung berapi Kelimutu. Danau yang juga menjadi salah satu keajaiban alam dunia. Memiliki luas kurang lebih 204.660 ha. 55,932 ha di antaranya lahan pertanian. Mayoritas penduduk tinggal di desa-desa sebagai petani lahan kering dan sedikit lahan basah. Curah hujan sangat minim, berkisar antara 250-900 mm/tahun, dengan rata-rata 20-90 hari hujan per tahunnya. Namun demikian, sektor pertanian menyumbang terbesar bagi PDRB yang mencapai 31,53%. Pendapatan perkapita antara penduduk pedesaan dan kota sekitar 1:4.
Pemerintahan Kabupaten Ende meliputi 20 kecamatan dengan cakupan 192 desa dan 22 kelurahan. Total penduduknya 259,394 jiwa dengan kepadatan penduduk 122 jiwa/km2. Pertumbuhan penduduk mencapai 1,48%.
***

Minggu, 22 Maret 2009

MENGURANGI BANJIR DAN LONGSOR, NDUNGGA MENANAM

Ndungga, kampung yang porak poranda dihajar banjir bandang 2003 silam. Kampung ini sering dikunjungi dalam diskusi-diskusi FIRD dan mitra untuk mendapatkan perspektif Pengurangan Resiko Bencana.

Belajar dari pengalaman longsor dan banjir tahun 2003, masyarakat di kampung ini memandang penting mengamankan kampung dan kehidupannya dari resiko bencana. Konservasi lahan dan kaawasan hutan yang rusak di sekitar kampung menjadi pilihan untuk dilakukan. Untuk hal ini maka telah memetakan titik-titik rawan longsor jika hujan berlebihan. Titik-titik rawan longsor dan banjir yang diperkirakan akan membawa resiko bagi kehidupan di kampung itu. Titik-titik rawan itu harus dikonservasi. Itulah keputusan bijhak warga Ndungga.

Rabu, 11 Maret 2009

MENYONGSONG ERA SOEHARTO BABAK II

Oleh George Junus Aditjondro

Keluarga Cendana, sekarang, terang-terangan berdiri di belakang Gerindra, yang mencalonkan Letjen (Purn) Prabowo Subianto sebagai presiden RI yang ke-7. Ini diungkapkan, Jumat (6/3), di depan massa di muka rumah orangtua Soeharto di Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Kabupaten Bantul, DIY, oleh Probosutedjo, adik tiri Soeharto, yang sering menjadi juru bicara keluarga Cendana.

Probosutejo sudah pernah mengeluarkan pernyataan serupa, yang kontan ditanggapi mantan Ketua MPR Amien Rais, waktu itu. Menurut Amien, dukungan Cendana malah merugikan Prabowo, karena akan mempersempit dukungan bagi dia (Okezone, 23/1).

Mengapa?

Selasa, 10 Maret 2009

DILEMA KEMATIAN ROMO FAUSTIN DAN HABITUS BARU

Oleh Melky Koli Baran

Padang rumput Denah Biko, kelurahan Olakile, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur jadi saksi sejarah. Satu lagi sejarah tampilan aparat yang belum profesional. Sejarah itu tercatat Senin 13 Oktober 2008.

Bulan Oktober yang terik dan panas untuk alam Flores. Di padang nan terik itulah romo Faustin Sega ditemukan tergeletak kaku. Lalu secara dini dan tergesah-gesah Polres Ngada dengan dukungan visum Rumah Sakit Bajawa membuat pernyataan final dan pasti bahwa Romo Faustin mati wajar. Sebabnya adalah serangan jantung. Polisi dan dokter Rumah Sakit, dua otoritas profesional telah membuat keputusan yang tergesah-gesah, tidak cermat, sangat keliru dan karena itu tidak profesional. Keputusan keliru dan fatal atas nyawah manusia, dan karena itu pula menjadi keputusan yang tidak berenurani dan tidak bertanggungjawab secara manusiawi.

Minggu, 08 Maret 2009

ADONARA BARAT DAN SENANDUNG "TANAH SURGA"


Perjalanan dari Waiwadan
ibu kota Kecamatan Adnara Barat
menuju desa Wato Baya
Kecamatan Adaonara Tengah
Oleh Melky Koli Baran

Dekade 1970-an, tenar di belantara musik Indonesia lagu Koes Plus Kolam Susu. “Bukan lautan hanya kolam susu/kail dan jala cukup menghidupimu/tiada badai tiada topan kau temui/ikan dan udang menghampiri dirimu/orang bilang tanah kita tanah surga/tongkat kayu dan batu jadi tanaman”.

Tanggal 26 Pebruari 2009. Hari masih pagi dan berembun. Udara pagi yang basah itu dibaluti kabut yang setia bertengger di puncak bukit belakang desa Wato Baya Kecamatan Adonara Tengah.

Di bawah rimbunan aneka pohon tanaman komoditi pera petani, langkah kaki menelusuri tanah yang basah dan becek. Hujan sejak malam hingga pagi menyisahkan titik-titik air yang jatuh teratur satu persatu di antara dedaunan pohon kakao lalu menyelinap masuk ke dalam timbunan daun-daun kering yang lembab dan basah.

Minggu, 11 Januari 2009

REHABILITASI PENYANDANG CAAT B ERBASIS MASYARAKAT

Memperingati hari Penyandang Cacat Internasional 3 Desember, bertempat di aula Bung Karno, Penerbit Nusa Indah Ende, 2 Desember berlangsung diskusi publik kerja sama Flores Institute for Resources Development (FIRD) dan Harian Umum Flores Pos. Menarik dari diskusi ini adalah FIRD melalui presentase Direkturnya Ronny So menyampaikan konsep Rehabilitasi Berbasis Maasyarakat (RBM). Ternyata ini bukan konsep kosong. Konsep ini dibangun dan diberi nama oleh FIRD berdasarkan refleksi pengalaman pendampingan sesama penyandang cacat di kabupaten Ende duatahun terakhir.

IBU STEFANIA: DEMI ANAK ABAIKAN TETANGGA

Ketika berlangsung seminar memperingati hari Internasional Penyandang cacat 3 desember 2008 di gedung Baranuri Ende, dia tampil sebagai salah satu nara sumber. Kesempatan itulah, ia berbagi pengalaman suka dan duka mendampingi dan mengasihi putrinya yang lahir cacat. Dialah Stefania R. Sera. Yang diketahui adalah ia berasal dari desa Randontonda, Kabupaten Ende, Flores, NTT. Tetapi siapakah dia dan mengapa ia didaulat sebagai nara sumber dalam seminar itu?

Kamis, 08 Januari 2009

SIMPHONI PENGADILAN DAN PEMAAFAN

(Untuk Pemimpin Bangsa)
Oleh Melky Koli Baran
Minggu 27 Januari 2008. Ketika sedang ngobrol di teras rumah salah seorang anggota DPRD Kabupaten Jembrana, di Negara, Bali, seorang anak perempuan di rumah itu menyampaikan bahwa Soeharto telah meninggal. Salah seorang di antara kami berkata, “akhirnya sang penguasa Orde Baru itu mengakhiri kekuasaannya serta penderitaannya di dunia fana ini. Semoga Tuhan mengganjari amal dan perbuatannya selama masih di dunia.” Selama tiga minggu Soeharto dirawat, dan perawatannya disiarkan detail setiap saat. Ada pro dan kontra, apakah suharto tetap diadili atau diberikan pemaafan. Belum berakhir pro dan kontra itu, beliau sudah dipanggil Tuhan. Dan pro serta kontra itu terus hingga saat ini. Akankah dimaafkan, yang berarti sejarah mencatat tentang seorang “diktator” yang akhirnya tak pernah tersentuh hukum di sebuah negara hukum?

MENYELAMATKAN EKOSISTEM DAS

DAS Kali Paobokol yang saat ini sedang digasak
penebang liar untuk produk kayu olahan.
Kasusnya dibawa ke pengadilan.
Ketika memasuki musim hujan pada akhir 2008 dan awal 2009, terpotret kembali beberapa kejadian mengenaskan sepanjang tahun 2008 yang berkaitan dengan hujan. Mas media telah pula merekam sejumlah kejadian seputar Nusa Tenggara Timur, yang mengesankan iklim dan alam yang belum ramah.

Hujan yang deras mengguyur tanah Timor selama sepekan di selatan Belu, ditambah banjir kiriman dari Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan menyebabkan sungai Benanain meluap. Selasa, 29 Januari 2008 dan Minggu 17 Februari 2008 sekitar pukul 03.00 Wita luapan Benanai menggenangi rumah warga yang tersebar di Desa Lasaen dan Umatoos, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu. Ketinggian air mencapai setengah sampai satu meter, menghanyutkan perabot rumah dan merusakkan tanaman warga.