Perjalanan dari Waiwadan ibu kota Kecamatan Adnara Barat menuju desa Wato Baya Kecamatan Adaonara Tengah |
Oleh Melky Koli Baran
Dekade 1970-an, tenar di belantara musik Indonesia lagu Koes Plus Kolam Susu. “Bukan lautan hanya kolam susu/kail dan jala cukup menghidupimu/tiada badai tiada topan kau temui/ikan dan udang menghampiri dirimu/orang bilang tanah kita tanah surga/tongkat kayu dan batu jadi tanaman”.
Tanggal 26 Pebruari 2009. Hari masih pagi dan berembun. Udara pagi yang basah itu dibaluti kabut yang setia bertengger di puncak bukit belakang desa Wato Baya Kecamatan Adonara Tengah.
Di bawah rimbunan aneka pohon tanaman komoditi pera petani, langkah kaki menelusuri tanah yang basah dan becek. Hujan sejak malam hingga pagi menyisahkan titik-titik air yang jatuh teratur satu persatu di antara dedaunan pohon kakao lalu menyelinap masuk ke dalam timbunan daun-daun kering yang lembab dan basah.
Yance Werang, teman seperjalanan, yang juga staf program Yayasan Pengembangan Sosial Ekonomi Larantuka (YAASPENSEL), sebuah LSM milik Keuskupan Larantuka tiba-tiba saja berujar. “Alam ini subur. Batu dan kayu bisa menjadi tanaman di sini”. Komentar ini saya teruskan dengan mengutip kata-kata Koes Plus yang tenar itu: “Tongkat kayu dan batu jadi tanaman”.
Wilayah Adonara Barat di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur yang meliputi dua Kecamatan yakni Kecamatan Adonara Barat dan Adonara Tengah merupakan kawasan tersubur, tanah surga di Flores Timur. Kawasan subur nan hijau ini dirimbuni aneka tanaman rakyat. Pinang, kelapa, kemiri, kakao, kopi, jambu, pisang, keladi, alvokat dan sejumlah lagi tanaman buahan dan tanaman perdagangan hidup di sini.
Pastor Willy, direktur YASPENSEL yang juga putra kelahiran Adonara Tengah berceritera bahwa sudah sangat lama masyarakat di wilayah ini menanam aneka tanaman perdagangan. Hasilnya untuk biaya pendidikan, belanja bahan pangan dan pakaian serta membangun rumah tinggal. Dan sepintas, di kawasan terpencil dari mobilisasi kendaraan umum ini memperlihatkan bangunan rumah-rumah penduduk, gedung gereja maupun kantor-kantor Desa yang sangat memadai menurut standar kesehatan. Walau belum ada jaringan PLN yang terbangun di sini, namun di malam hari hampir sebagian kampung diterangi lampu listrik. Dalam sebuah kampung kurang lebih tiga sampai empat diesel milik keluarga. Demikian pula pesawat TV dan antenna parabola hampir dimiliki semua rumah penduduk. Dengan demikian, dari daerah yang terpencil ini, lensa dunia senantiasa termonitor.
Menyimak ceritera pastor Willy, sesungguhnya kemajuan usaha perkebunan di wilayah ini 100% merupakan perkebunan rakyat. 100% swadaya maasyarakat di tengah gegap gempitanya dana-dana pusat untuk pembangunan perkebunan. Dan iklim di sini sangat mendukung. Hanya satu hal yang sangat tidak mendukung adalah keterpencilan wilayah. Kemerdekaan Negeri ini yang sudah puluhan tahun, serta periode pembangunan yang silih berganti dari satu bupati ke bupati yang lain di Flores Timur, kawsan Adonara Barat masih belum terbebaskan dari keterpencilan. Jalan dari Waiwadan ke Bukit Saburi yang dikerjakan kontraktor yang adalah istri salah seorang anggota DPRD Flotim asal Adonara Barat terlihat berantakan. Kerikil sertu ditabur di ataas jalan semen yang dibangun asal jadi sebelumnya. Satu saja contoh bahwa konspirasi antara teknokrat dan politisi turut menghambat kemajuan pembangunan di wilayah ini.
Jalan berbatu dan berlumpur mencapai 90%. Perjalanan dari kota Kecamatan Adonara Barat “Waiwadan” ke kantong produksi hari Rabu Abu tanggal 25 Februari sangat melelahkan. Jarak tempuh normal yang bisa dicapai dalam waktu 30 menit bersepeda motor bisa membengkak hingga dua sampai tiga jam. Jalan menanjak, becek, licin berlumpur di antara bongkahan batu bulat yang berserakan hampir sepanjang jalan. Berkali-kali, harus mendorong sepeda motor melewati jalan menanjak dan berlumpur licin.
Dalam perjalanan ini kami bersua dengan para petani yang kembali dari kebun. Di pundak mereka memikul hasil panen. Biji kemiri dalam karung plastik, pisang, kelapa dan sayur-sayuran. Buah-buahan yang melimpah di wilayah ini seperti alvokat umumnya menjadi makanan babi.
Sepasang suami istri petani yang menemani kami istirahat di salah satu tanjakan mengatakan, faktor penghambat kemajuan di wilayah ini adalah transportasi. Jangankan untuk menjual hasil bumi. Jika sakit dan hendak berobatpun harus melewati jalan yang sulit ini untuk mencapai Puskesmas di ibu kota Kecamatan. Pada hari itu, hari Rabu Abu 25 Februari 2009, di dusun kecil terpencil Koliwotan, tempat kami istirahan sejenak, seorang ibu baru saja meninggal karena gagal melahirkan. Ibu dan anak meninggal dalam perjalanan menuju ke Puskesmas Waiwadan di ibu kota Kecamatan Adonara Barat.
Wilayah ini selain kurang mendapat sentuhan dan perhatian pembangunan, juga hampir tidak ada Lembaga Swadaya Masyarakat yang memfasilitasi pengembangan masyarakat di sini. Baru sejak bulan September 2008 silam, YASPENSEL mengembangkan program pemasaran bersama komoditi rakyat di dua Kecamatan ini setelah melewati proses asessment dan PRA.
Romo Willy menjelaskan, di dua kecamatan ini telah difasilitasi pembentukan dua Asosiasi Petani untuk pemasaran komoditi rakyat. Asosiasi petani “Liko Lewo” dan “Kadiare”. Gebrakan pertama pada bulan Oktober, November dan Desember telah berhasil mempengaruhi kenaikan harga daging biji kemiri dari empat ribu rupih per kilogram menjadi delapan ribu rupiah per kilogram.
Para petani komoditi perdagangan ini bercita-cita mengembangkan pemasaran bersama yang tidak saja menembus pasar di ibu kota Kecamatan Adonara Barat di Waiwadan, tetapi pada suatu saat turut menentukan rantai pemasaran dari tangan petani produsen hingga pelabuhan pengiriman ke luar propinsi NTT.
Bupati Flores Timur Drs. Simon Hayon telah dijadwalkan oleh YASPENSEL untuk mengunjungi kedua asosiasi petani di Adonara Barat pada bulan Maret 2009. Bagi para petani, mengundang orang nomor satu di Flores Timur masuk ke desa apalagi di wilayah subur bagai tanah surga seperti ini merupakan momentum kampanye dan advokasi untuk pembangunan Adonara Barat dan Tengah secara keseluruhan.
Tertinggalnya Adonara Barat dan Tengah dibandingkan wilayah lain di Flores Timur tentu tidak terlepas dari pertarungan dan dominasi kepentingan politik dalam keseluruhan pembangunan daerah. Rofinus Geroda, Anggota DPRD Flores Timur dari daerah pemilihan Adonara Barat dalam sebuah wawancara di kediamannya bulan Agustus 2008 membenarkan hal itu.
Dikatakan anggota DPRD ini, komposisi anggota DPRD di Flores Timur yang tidak seimbang antar wilayah pemilihan menjadi hambatan memperjuangkan perhatian bagi ketertinggalan Adonata Barat dan Tengah. Menurutnya, kawasan ekonomi yang potensial di Flores Timur adalah Adonara Barat dan solor Barat selain Tanjung Bunga dan Wulanggitang di daratan Flores. Namun di DPRD, bukan prioritas wilayah dengan potensi sumberdaya alam yang menjadi petimbangan tetapi terkadang nuansa kepentingan dan pertarungan politik. Jumlah terbanyak anggota DPRD Flores Timur berasal dari daratan Flores Timur ketimbang pulau-pulau. Dari komposisi ini maka pulau-pulau selalu kalah dalam setiap pengambilan keputusan menggunakan mekanisme voting. Ceritera ini hendak mengatakan bahwa wawasan pembangunan para Anggota DPRD Flotim yang sektarian kewilayahan telah turut berkontribusi pada ketertinggalan Adonara Barat dan Tengah. Belum lagi konspirasi teknokrat dan politisi dalam pengelolaan pembangunan. Di sinilah ketimpangan sosial terjadi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Di wilayah terpencil ini, ketika menjelang hari pemilihan para Wakil Rakyat bulan April, berbagai bendera partai, stiker – poster dan baliho para caleg turut menyemaraki daerah terpencil pedalaman Adonara ini. Tapi rakyat masih tenang-tenang saja. Anggota Asosiasi petani mengatakan, yang kami pikirkan sekarang adalah bagaimana komoditi pertanian ini dipasarkan dengan mudah dan memadai. Kami sudah bosan dengan urusan pilih memilih dan wakil mewakili. Sebab dalam urusan ini, petani hanya bisa memanen janji kosong. Surga Adonara Barat dan Tengah tidak butuh janji. Pembangunan Flores Timur seharusnya memotret Adonara Barat dan Tengah dari ibu kota Kabupaten Flores Timur sebagai “Tanah Terjanji” yang penuh “Susu dan Madu” untuk segera dicapai.” Kapan ya?***
(Foto dibuat pada hari Rabu 25 Februari 2009 dalam perjalanan dari Waiwadan ibu kota Kecamatan Adnara Barat menuju desa Wato Baya Kecamatan Adaonara Tengah)
Terima kasih buat penulis
BalasHapusIni tanah surga
yang jauh dari kaca mata elit politik
saya sebagai putra wato baya
sanagat tersentuh ketika membacanya
pelan tapi pasti kami akan membangun wato baya
salam kenal Dari Vicky
di Kota Angin Mamiri
salam kenal untuk atakiwang group,,,,
BalasHapussaya asli adonara tengah tepatnya di Wewit.. ayo kita berasama-sama mengajak seluruh masyarakat khususnya adonara tengah dan barat agar memajukan daerah kita. saya sekarang kuliah di malang, saya berharap supaya para pelajar-pelajar maupu alumni dari adonara khususnya adonara tengah dan adonara barat agar mempunyai sumbangsih untuk memajukan daerah kita tercinta. saya minta alamat fb dari group ini agar bisa saya ikuti...!!!
Terima kasih untuk komentar dan komitmennya.
BalasHapus