Rabu, 28 Juli 2010

KAFE HIBURAN DI LARANTUKA

Larantuka dijuluki kota Renya. Ini karena sejarah tradisi religius dan devosi kepada Bunda Maria. Refleksi itu konon diintegrasikan dalam pengalaman Raja Larantuka memimpin kerajaan ini. Di bawah sumpa setia para Maria sebagai Ratu, Raja Larantuka menyerahkan tongkat kepemimpinan kota ini ke tangan Bunda Maria Ratu Rosari. Selanjudnya raja sebagai abdi Maria yang dalam pemerintahannya sebagai pelayan kepada Maria Ratu Rosari. Maka pada keluarga dan turunan raja Larantuka melekat nama Don Servus.


Tahun ini, Larantuka akan merayakan lima abad hadirnya patung Tuan Ma atau Patung Bunda Maria. Patung ini konon ditemukan di pantai Larantuka yang dihanyutkan arus laut depan Larantuka. Patung itu kemudian ditempatkan dalam sebuah Korke yang kemudian menjadi sebuah kapela Maria hingga saat ini. Letaknya di Pantai Batu Mea, Kelurahan Larantuka dekat rumah keluarga Resiona, turunan penemu patung itu.

Selain itu ada juga sejumlah tradisi lain yang semakin mempertegas identitas kota ini sebagai kota religius. Karena itu, agaknya kampanye-kampanye moralis menghendaki agar kota ini bersih dari berbagai aktivitas yang menjurus ke amoral.

Hadirnya kafe-kafe di sekitar kota ini tak jarang ditakuti akan mencemarkan kereligiusan kota ini. Juga disinyalir kafe-kafe hiburan itu tidak akan bertahan karena penduduknya religius.

Harapan itu sirna. Hampir sepuluh tahun atau di atas lima tahun belakangan, dua kafe tetap aktif di barat kota Larantuka. Kare Snegor dan Lastri.

Managemen kafe misalnya di Lestari pernah berceritera jika di kafe ini ditawarkan rekreasi bagi siapa saja yang penat, letih dan bosan dengan keseharian pekerjaan rutin. Maka terbuka juga bagi suami istri atau keluarga untuk berkunjung dan berekreasi di kafe ini. Untuk itulah, kafe menyediakan pelayan dan aneka kebutuhan yang diperkirakan diperlukan tamu.

Di kafe Lestari, selain minuman botol yang bisa disiapkan di sana, kafe yang dibangun di perkebunan kelapa dan kakao milik keluarga ini juga menyuguhkan minuman segar Kelapa Muda. Jika  pada malam hari akan ada banyak pengunjung, maka pada siang hari terlebih menjelang soreh, pengunjung boleh datang dan menikmati segarnya buah kelapa muda di kafe ini.

Managemen Snegor berceritera bahwa pada malam hari pengunjung lebih ramai. Mereka adalah orang-orang yang berduit dan sedikit boros juga. Kelompok teratas adalah para kontraktor, lalu nelayan dan PNS paling kecil. Jumlah usia, terbanyak masih muda dan singel.

Para nelayan biasanya menghabiskan hasil keringatnya semalam di kafe ini. Pernah ada beberapa nelayan datang ke kafe dan menyerahkan sebuah kantong uang senilai lim ajuta dengan pesan, silahkan beri kami minum, dan kalau lima juta ini sudah habis suruh kami pulang. Tanpa beban.

2 komentar:

  1. Keterbatasan sarana rekreasi menyebabkan cafe muncul bagaikan jamur dimusim hujan, memang tidak bisa dpungkiri atau tidak bisa dinaifkan, namun bagaimanapun juga pemerintah dan masyarakat harus memberdayakan semau potensi ini kearah yang positif, demi membangun lewotana.

    GOD BLESS FLORES TIMUR

    BalasHapus
  2. manjamurnya cafe tidak lepas dari keterbatasan sarana hiburan Publik, dan cafe juga salah satu alternatif pemberdayaan ekonomi masyarakat sekaligus sarana rekreasi bagi masyarakat, tinggal bagaimana pemerintah dan masyarakat memanfaatkan sebagai sesuatu yang positif. Munculnya cafe jangan dipertentangkan dengan larantuka sebagai kota Renya, dua hal ini pada dasarnya mempunyai dimensi yang sangat berbeda, keimanan dan kerohanian seseorang tidakboleh dipandang dari segala hal yang berbau profan, karena bagaimanapun juga manusia selalu butuh hiburam

    BalasHapus

Komentar pengunjung blog sangat dihargai.