Banyak akal dan cara bisa ditempuh untuk memfasilitasi perubahan sosial. Salah satunya adalah Film sebagai media belajar dan pendidikan interaktif rakyat di desa. FIRD memilih media sebagai sarana pendidikan transformasi social.
Di berbagai tempat media mema-inkan peran penting dalam penyampaian informasi. Media seperti radio, tv, Koran telah digunakan sebagai sarana pendidikan masyarakat. Alat menyampaikan pesan kepada pendengar. Masyarakat tradisional juga sudah biasa menggunakan media sebagai alat penyampaian pesan-pesan moral.
Misalnya teater kampung, lagu rakyat atau daerah, ceritera rakyat seperti dongeng, mitos, fabel atau upacara, tarian serta syair adat. Semuanya merupakan media murah namun paling mudah dicernah dan dimengerti oleh masyarakat. Hal itu dikarenakan selain bentuknya sederhana juga di sana ruang partisipasi terbuka bagi rakyat untuk terlibat. Juga, tidak ada pihak yang merasa tersinggung, merasa nama baiknya tercemar atau dicemarkan oleh media tradisonal seperti ini.
Pendidikan partisipatif di jaman ini telah menempatkan rakyat tidak hanya obyek dalam bermedia tetapi juga subyek. Sedang popular sekarang adalah apa yang disebut media berbasis komunitas. Di sana masyarakat setempat terlibat langsung sebagai pemeran atau penyusun naskah ceri-tera, dan ditujukan untuk memberikan motivasi dan dukungan moral maupun koreksi social bagi warga komunitas..
Hal lain, film merupakan bagian dari media yang sangat efektif dalam memberikan pesan kepada masyarakat. Dalam penyajiannya film lebih mudah dimengerti. Selain suara, film menampilkan gambar yang memiliki daya pikat yang membentuk opini. Gambar (visual) serta suara (audio) yang langsung ditangkap indra pendengar dan indra penglihatan. Lebih tajam memikat jika skrip ceritera berlatarbelakang kehidupan masyarakat setempat, atau kurang lebih berceritera tentang berbagai hal yang sedang aktual terjadi di masyarakat. Itulah sisi kuat dari media film dibandingkan ceritera dan lagu-lagu.
Kekuatan film dalam membangun kesadaran rakyat sedang dipraktekkan FIRD. Beberapa pekan di bulan Mei, FIRD melakukan pendidikan untuk penyadaran rakyat tentang pengurangan resiko bencana di tiga desa, yakni Tiwu Tewa, Ndungga dan Kede Bodu menggunakan media film.
Di ketiga desa ini, staf lapangan berkeliling memutar film yang berceritera tentang bencana, pertanian organik, serta lingkungan hidup. Sebagai tontonan grastis alias tidak bayar masyarakat cukup antusias menonton dan kemudian berpendapat tentang soal yang diceriterakan film.
Kesadaran disentuh melalui emosi. Ceritera yang sensitive dari film, berhasil menyentuh rasa sedih dan haru. Gambar dan ceritera tentang bencana seakan menohok rasa haru penonton. Suasana kemudian berubah ketika menyaksikan film kartun “Menjaga Lingkungan Hidup” dengan cuplikan yang lucu dan menggelitik.
Sesi penting dari proses ini adalah mendalami ceritera yang ditonton. Menurut warga desa, Film ini merupakan tontonan yang mengajarkan bagaimana seharusnnya kita menghadapi persoalan yang terjadi.
Kepala Desa Kede Bodu mengatakan, “film memuat banyak pesan serta masukan kepada kita agar selalu waspada terhadap bencana yang datang kapan saja. Namun yang paling penting adalah kita harus menjaga lingkungan hutan kita agar ancaman dan resiko bencanaberkurang. Dan hutan serta tanah adalah milik anak cucu kita yang wajib kita jaga dan selamatkan”.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar pengunjung blog sangat dihargai.