Larantuka, ibu kota kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Kota Kecil ini menjadi pusat perhatian setiap hari Jumad Agung - hari wafa Yesus Kristus. Pada hari ini, Larantuka menjadi sangat unik jika dibandingkan dengan kota-kota maupun kampung-kampung lainnya yang beragama Katolik.
Di hari Jumad Agung setiap tahun, kota Larantuka menjadi pusat perhatian. Sebuah prosesi dengan nuansa khas Portugis di abad 14 dan 15 masih kental diwarisi di kota ini. Kota ini juga jika dikunjungi, senantiasa menemukan nuansa khas Katolik yang terus bertumbuh secara dinamis setiap tahun. Patung-patung dan kapela-kapela mudah ditemukan di kota ini.
Salah satu patung yang menjadi perhatian di hari Jumad Agung adalah Patung Maria Mater Dolo Rosa - Bunda Berduka Cita. Patung ini sepanjang tahun disemayamkan di tempat khusus di Kapela Tuan Ma di Batumea, Larantuka, menghadap laut dan pulau Solor termpat peninggalan bekas Benteng Portugis di Lohayong, Solor. Patung di Kapela ini akan dikeluarkan dari tempatnya dan disemayamkan di ruang tengah kapela untuk diziarahi oleh umat yang umumnya datang dari berbagai tempat. Pada malam harinya, patung Mater Dolo Rosa dipikul keliling kota di atas sebuah tandu. Patung berpakaian biru agung ini menyingahi delapan perhentian.
Pada siang hari sebelum patung Mater Dolo Rosa keluar dari Kapela menuju Gereja Katedral di jantung kota Larantuka, sebuah prosesi laut yang diikuti puluhan bahkan mencapai angka seratus perahu dan kapal. Umat berjejal di laut maupun di sepanjang pantai untuk mengikuti prosesi itu. Patung yang diarak melalui jalan laut ini adalah patung Tuan Menino - patung kanak-kanak yesus. Menjadi sebuah momentum sakral sekaligus menarik bagi para peziarah. Karena tidak sempat mengikuti perjalanan laut, para pezirah ini berjejal di sepanjang pantai.
Keterangan Foto: suasana prosesi laut tanggal 21 Maret 2008.
Foto dan ceritera oleh Melky Koli Baran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar pengunjung blog sangat dihargai.