Kado
Ekawindu CU Sinar Saron
Oleh Melky Koli Baran
Menjelag
berakhirnya tahun 2013 kemarin, Flores Timur diguncang sebuah peristiwa
bersejarah. Boleh dikatakan “sejarah kelam keuangan”. Tetapi bisa saja menorehkan
pengalaman penting buat dikisahkan dan disikapi di hari-hari selanjutnya. Pada
saat itu, sebuah lembaga keuangan non bank yang beroperasi di Flores Timur
dengan ribuan nasabah jatuh bangkrut. Pimpinannya menghilang tanpa jejak hingga
saat ini. Kepolisian Resort Flores Timur hanya bisa membawa kabar di
lembar-lembar media massa bahwa sedang diupayakan pencariannya, dan bahwa telah
ditetapkan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Walau ada cerita lain bahwa ada
perwakilan nasabah yang dengan mudah menemui pimpinan lembaga keuangan itu
Jakarta, sementara polisi belum bisa membawa pulang orang yang paling dicari
para nasabah.
Lembaga
keuangan non bank yang menerapkan system perbankan itu bernama Mitra Tiara.
Lembaga ini berhasil menarik nasabah hampir di seluruh Flores. Flores Timur
mendominasinya. Tak tanggung-tanggung, ditaksir menguapnya miliaran rupiah uang
masyarakat. Dan dalam kasus ini, satu nama yang jadi tokoh di sini adalah
Nikolaus Ladi, sang top manager lembaga keuangan yang berhasil menggaet juga
orang-orang penting dan berpendidikan serta berkarakter di kabupaten Flores
Timur dan sekitarnya sebagai nasabah. Bukan rahasia lagi, aparat pemerintah,
anggota DPRD, pengusaha, pendidik, tokoh masyarakat, tokoh agama dan
biarawan-biarawati terperangkap dalam lingkaran praktek perbankan tanpa ijin
ini. Kabarnya belum terdaftar di OJK, lembaga yang berkompeten menilai dan
mengevaluasi lembaga-lembaga yang mengumpul dan mengelola uang-uang milik public
non koperasi. Artinya, antara penipuan dan kesadaran kritis untuk menabung di
lembaga keuangan seperti Mitra Tiara sama-sama miripnya. Jika dibilang para
nasabah tertipu, belum tentu benar ketika merilis para nasabah yang adalah
orang-orang yang seharusnya tidak mudah tertipu.
***
Selepas
kisah kelam Mitra Tiara yang kini sejumlah karyawannya mendekam di tahanan,
Flores Pos Senin 14 Juli 2014 menurunkan sebuah artikel menarik. Judulnya
“Rumah Rindu Transformasi”. Judul artikel itu yang sengaja saya pinjam untuk
tulisan ini. Di bawah judul itu, dikisahkan bahwa di Larantuka hadir juga
sebuah lembaga keuangan kategori Koperasi dengan anggota 7.185 orang pada Juli
2014 serta total asset anggota sebesar Rp 84.048.902.540. Bahkan Credit Union
ini telah berusia delapan tahun pada Juli 2014.
Membaca
artikel itu, serta mengingat kisah tenggelamnya uang para nasabah Mitra Tiara,
ternyata di kabupaten ini selain berbagai koperasi seperti CU Sinar Saron yang
menyediakan berbagai produk keuangan bagi masyarakat, masih ada juga warga yang
mempercayakan uangnya dikelola oleh lembaga seperti Mitra Tiara. Setelah dicari
tahu, sekilas dugaan bahwa bunga simpananlah yang menjadi pilihan ke mana orang
menyimpan atau mempercayakan uangnya dikelola. Paddahal, di mana orang
memutuskan untuk mempercayakan uangnya dikelola bukan saja faktor bunga tetapi
jaminan keamanan dan keselamatan asset yang dipercayakan ke sana. Dan juga,
sejauh mana para nasabah memiliki akses informasi bagaimana dan dengan cara apa
lembaga keuangan itu mengelola semua uang yang ditampung dari para nasabah.
Bukan Cuma itu, masih banyak prasyarat yang mesti diketahui setiap calon
nasabah sejak awal sebelum memutuskan untuk menyimpan uangnya di sana. Dan
telah ada bukti sangat jelas bahwa lembaga seperti Mitra Tiara hanya bisa
memberikan jaminan bunga yang besar melampaui bunga bank resmi dan mengabaikan
hal-hal lain yang lebih penting, yakni keselamatan dan keamanan asset keuangan
serta sejauh mana akses dan control yang diberikan kepada nasabah atau anggota.
***
Sepanjang
tahun 2014 yang masih tersisa kisah-kisah kelam kasus Mitra Tiara, hingga
hari-hari menjelang berakhirnya bulan Juli 2014, tak banyak yang tahu sebuah
aktivitas tersembunyi di wilayah kelurahan Sarotari. Di sana, sebuah gedung
berlantai dua sedang dalam proses final pembangunannya. Walau tersembunyi,
tetapi gedung itu tidak dibangun secara sembunyi-sembunyi. Gedung dengan total
biaya mencapai dua milyar itu dibangun secara transparan, mulai dari
perencanaan hingga pelaksanaannya dalam sebuah mekanisme organisasi yang kurang
lebih melibatkan semua pihak yang berkepentingan di dalamnya. Itulah “Rumah
Rindu Transformasi” sebagaimana ditulsi Flores Pos 14 Juli silam. Tidak lain,
itulah Kantor Pusat CU Sinar Saron sekaligus tempat diklat Credit Union yang
bernaung di bawah BK3CU Kalimantan itu.
Menelusuri
proses pembangunan gedung megah ini, Nampak sangat beda dengan lembaga keuangan
seperti Mitra Tiara. Mitra Tiara menjelang bangkrut juga membangun sejumlah
gedung megah. Namun tahukah para nasabah bagaimana dan dengan dana dari mana
gedung-gedung itu dibangun? Kabarnya tidak! Itu yang dimaksudkan dengan sejauh
mana para nasabah memiliki akses informasi ke dalam system pengelolaan lembaga
keuangan tersebut. Beda dengan koperasi pada umumnya. Rumah Rindu Transformasi milik
CU Sinar Saron yang siap digunakan itu dibangun melalui proses awal yang
panjang. Berulang-ulang dibahas di berbagai Rapat Tahunan Anggota dan di sana
suara anggota mendapat tempat yang penting. Hal seperti ini semestinya telah
diketahui umum karena sejak tahun 1960-an, lembaga keuangan berbentuk koperasi
telah lama ada di wilayah ini. Namun, hingga saat ini masih banyak warga yang
belum bergabung dalam satu koperasipun. Bahkan mempercayakan uangnya yang
dikumpulkan bertahun-tahun dengan cucuran keringat kepada lembaga-lembaga keuangan
baru dengan janji bunga yang tinggi namun ujungnya mengecewakan.
***
Rumah
Rindu Transformasi itu diresmikan penggunaannya hari ini tanggal 1 Agustus 2014
dihadiri seluruh anggota. Peresmiannya menandai ulang tahun Ceredit Union ini
yang ke VIII. Artinya, sudah delapan tahun lembaga keuangan ini hadir dan
menjadi tempat bergabungnya ribuan anggota. Dari hari ke hari jumlah anggota
semaklin bertambah. Dalam bahasa Kitab Suci, jumlah mereka bertambah dari
orang-orang yang diselamatkan.
Di
sinilah, sesungguhnya roh dan semangat yang hidup dan dipelihara di dalam
Credit Union yang lahir dari lahim karya Pastoral Sosial Ekonomi Gereja Katolik
Keuskupan Larantuka itu. Ceredit Union ini hadir tidak mengandalkan besarnya
saham dan simpanan orang. Lembaga keuangan ini lahir, besar dan terus bertumbuh
oleh kekjuatan anggota yang saling percaya. Orang-orang yang datang bergabung
dengan semangat untuk saling menolong dan menyelamatkan. Semangat yang mengalir
dalam lembaga CU Sinar Saron terungkap dalam semboyan “anggota susah CU tolong,
CU susah anggota tolong”.
Karena
itu, tepatlah nama yang disematkan pada gedung yang diresmikan hari ini tanggal
1 Agustus 2014, “Rumah Rindu Transformasi”. Sebagaimana dijelaskan ketua CU
Sinar Saron Romo R. Yansen Raring, Pr. Rumah bukan dalam pengertian house (gedung fisik). Tetapi home,
yakni ruang huni, berada, bertemu, berbagi, bersaudara dan bertumbuh
kembang. Rindu lebih sebagai gelora dan gejolak jiwa yang melibatkan dan menggerakkan
seluruh diri. Rindu menjadi jembatan antara harapan dan kenyataan. Membahasakan
usaha tak kenal lelah. Transformasi mengandung makna perubahan. Perubahan ke
arah yang membahagiakan, menyelamatkan, ke arah penuh harapan. Bukan
keputusasaan, bukan kekecewaan, bukan kebangkrutan total yang tidak sebatas
kehilangan uang simpanan tetapi juga kebangkrutan mental dan semangat.
Hal
ini telah dibuktikan selama perjalanan panjang delapan tahun CU Sinar Saron
hadir di bumi Lamaholot. Mulai dari tunas kecil dengan sekelompok kecil
anggota. Dari tahun ke tahun, jumlah mereka terus bertamba oleh upaya “satu
anggota merasul satu anggota baru”. Dan menariknya, serta menjadi kekuatan unik
yang membedakan dengan lembaga keuangan lain, yakni semangat untuk tumbuh
bersama yang menjadi daya pikat untuk bergabung dalam CU Sinar Saron. Bukan
janji-janji keuntungan, bukan bunga tinggi tetapi kekayaan persaudaraan.
“Carilah dahulu Kerajaan Allah, dan semuanya akan ditambahkan”.
Selamat
ulang tahun, selamat memasuki gedung baru!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar pengunjung blog sangat dihargai.